Fasal Ketiga - Puasa

ا   ب   ت   ث   ج   ح   خ   د   ذ   ر   ز   س   ش   ص   ض   ط   ظ   ع   غ   ف   ق   ك   ل   م   ن   و   ه   ي
A   B   C   D   E   F   G   H   I   J   K   L   M   N   O   P   Q   R   S   T   U   V   W   X   Y   Z
Kepentingan puasa☺ dalam tazkyatun-nafs menduduki derajat ketiga (setelah shalat dan zakat☺), karena di antara syahwat besar yang bisa membuat manusia menyimpang adalah syahwat perut dan kemaluan☺. Sedangkan puasa merupakan pembiasaan terhadap jiwa untuk mengendalikan kedua syahwat tersebut. Oleh sebab itu, puasa merupakan faktor penting dalam tazkiyatun­ nafs. Jika kesabaran termasuk kedudukan jiwa yang tertinggi☺ maka puasa merupakan pembiasaan jiwa untuk bersabar. 

Bulan puasa pergi ke pasar,
     Dua tiga membeli gelama;
Menanti masa hamba tak gusar,
     Setahun dua tidaklah lama.

Oleh sebab itu disebutkan dalam sebuah hadits:
الصَّومُ نِصُفُ الصَّبرِ
"Puasa adalah separuh kesabaran. (Diriwayatkan oleh Imam At Temidzi No Hadith 3519 dan lbnu Majah No Hadith 1745 hadits hasan).

Allah Taala telah menjadikan puasa sebagai sarana untuk mencapai derajat taqwa, firman-Nya,
يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ كُتِبَ عَلَيْكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ ﴿سورة البقرة آية ١٨٣.
"Wahai orang-orang yang beriman, telah diwajibkan puasa atas kamu sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar supaya kamu bertaqwa. Surah Al Baqarah Ayat 183.

Taqwa adalah tuntutan Allah Taala kepada para hamba. Taqwa sama dengan tazkiyatun-nafs. Firman Allah: 
وَنَفْسٍ وَمَا سَوَّىٰهَا ﴿سورة الشمس آية ٧. فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَىٰهَا ﴿سورة الشمس آية ٨. قَدْ أَفْلَحَ مَن زَكَّىٰهَا ﴿سورة الشمس آية ٩. وَقَدْ خَابَ مَن دَسَّىٰهَا ﴿سورة الشمس آية ١٠.
"Dan demi jiwa serta penyempuraannya (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kafasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya. Surah Asy Syams Ayat 7Surah Asy Syams Ayat 8Surah Asy Syams Ayat 9Surah Asy Syams Ayat 10

MUKA SURAT 65

Puasa ada yang sunnah dan ada pula yang wajib. Hukum-hukumnya sudah diketahui oleh orang yang hidup dalam lingkungan Islam. Karena buku ini berkaitan dengan tazkiyatun-nafs maka kami membatasi diri pada masalah adab-adab orang yang berpuasa karena dengan adab-adab tersebut puasa akan dapat menunaikan perannya yang terbesar dalam tazkiyah. Marilah kita ikuti penjelasan al-Ghazali berikut ini.

Rahasia Puasa dan Syarat-syarat Batinnya

Ketahuilah bahawa puasa ada tiga tingkatan: Puasa orang awam, puasa orang khusus dan puasa orang super khusus. Puasa orang awam ialah, menahan perut dan kemaluan dari memperturutkan syahwat. Puasa orang khusus ialah, menahan pendengaran, penglihatan. lisan, tangan. kaki dan semua anggota badan dari berbagai dosa. Sedangkan puasa orang super khusus ialah, puasa hati dari berbagai keinginan yang rendah dan pikiran-pikiran yang tidak berharga; juga menahan hati dari selain Allah secara total, dan puasa ini menjadi "batal" karena fikiran tentang selain Allah dan hari akhir; karena fikiran tentang dunia kecuali dunia yang dimaksudkan untuk agama karena dunia yang dimaksudkan untuk agama tersebut sudah termasuk bekal akhirat dan tidak lagi dikatakan sebagai dunia. lni merupakan tingkatan para Nabi, Rasul, Shiddiqin dan Muqarrbin. Kami tidak akan memperpanjang lebar penjelasannya secara lisan tetapi kami akan merealisasikannya secara nyata. Ia adalah konsentrasi penuh kepada Allah dan berpaling dari selain-Nya. Semakna dengan firman Al!ah: 
... قُلِ ٱللَّهُۖ ثُمَّ ذَرْهُمْ فِي خَوْضِهِمْ يَلْعَبُونَ ﴿سورة الأنعام آية ٩١.
"Katakanlah: "Allah, " kemudian biarkanlah mereka bermain-main dalam ksesatannya." Surah Al An'am Ayat 91.

Adapun puasa orang khusus ialah puasa orang-orang shalih yaitu menahan anggota badan dari berbagai dosa. Sedangkan kesempurnaannya ialah dengan enam perkara:

Pertama: Menundukkan pandangan dan menahannya dari berkeliaran memandang ke setiap hal yang dicela dan dibenci, ke setiap hal yang bisa menyibukkan hati dan melalaikan dari mengingati Allah 'azz wajalla. 

Nenek Lowek menjual sirih,
     Sirih dijual Jambatan Panjang;
Cantik molek kami tak pilih,
     Asallah jangan mata keranjang.

Nabi saw bersabda:
النَّظْرَةُ سَهْمٌ مَسْمُوْمٌ مِنْ سِهَامِ إبْلِيْسَ مَنْ تَرَكَهُ خَوْفًا مِنَ اللهِ آتَاهُ اللهُ إيْمَانًا يَجِدُ حَلَاوَتَهُ فِي قَلْبِهِ.
"Pandangan adalah salah satu anak panah beracun di antara anak panah iblis - semoga Allah melaknatinya. Barangsiapa meninggalkannya karena takut kepada Allah Taala mereka ia telah diberi Allah keimanan yang mendapatkan kelezatannya di dalam hatinya. "(Diriwayatkan oleh al-Hakim dan ia men-shahih-kan sanad-nya).

Kedua: Menjaga lisan dari bualan, dusta, ghibah, gunjingan, kekejian, ...

MUKA SURAT 66

... perkataan kasar, pertengkaran, dan perdebatan; mengendalikannya dengan diam; menyibukkannya dengan zikrullah dan tilawah Al Quran. Itulah puasa lisan.

Sufyan berkata: Ghibah dapat merusak puasa. Basyar bin al-Harits meriwayatkannya darinya. Laits meriwayatkan dari Mujahid: Dua hal dapat merusak puasa: Ghibah dan dusta. Nabi saw bersabda:
الصَّوْمُ جُنَّةٌ فَإِذَا كَانَ أَحَدُكُمْ يَوْمًا صَائِمًا فَلَا يَرْفُثُ وَلَا يَجْهَلُ فَإِنِ امْرُؤٌ شَتَمَهُ أَوْ قَاتَلَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّيْ صَائمٌ.
"Sesungguhnya puasa itu tidak lain adalah perisai; apabila salah seorang di antara kamu sedang berpuasa maka janganlah berkata kotor dan jangan pula bertindak bodoh; dan jika ada seseorang yang menyerangnya atau mencacinya maka hendaklah ia mengatakan sesungguhnya aku berpuasa, sesungguhnya aku berpuasa. (riwayat oleh Bukhari No Hadith 1894 dan Muslim No Hadith 1151).

Ketiga: Menahan pendengaran dari mendengarkan setiap hal yang dibenci (makruh) karena setiap yang diharamkan perkataannya diharamkan pula mendengarkannya. Oleh sebab itu Allah menyamakan antara orang yang mendengarkan dan orang yang memakan barang yng haram, firman-Nya:
سَمَّـٰعُونَ لِلْكَذِبِ أَكَّـٰلُونَ لِلسُّحۡتِۚ ... ﴿سورة المائدة آية ٤٢.
"Mereka itu adalah orng-orang yang suka mendengar berita bohong, banyak memakan yang haram." Surah Al Maidah Ayat 42.

Firman-Nya lagi: 
لَوْلَا يَنْهَىٰهُمُ ٱلرَّبَّـٰنِيُّونَ وَٱلْأَحْبَارُ عَن قَوْلِهِمُ ٱلْإِثْمَ وَأَكْلِهِمُ ٱلسُّحۡتَۚ ... ﴿سورة المائدة آية ٦٣.
"Mengapa orang-orang alim mereka, pendeta-pendeta mereka tidak melarang mereka mengucapkan perkataan bohong dan memakan yang haram?" Surah Al Maidah Ayat 63.

Jadi, mendiamkan ghibah adalah haram. Firman Allah: 
... إِنَّكُمْ إِذًا مِّثۡلُهُمۡۗ ... ﴿سورة النساء آية ١٤٠.
"Karena sesung­guhnya (kalau kamu berbuat demikian) tentulah kamu serupa dengan mereka." Surah An Nisa Ayat 140.

Keempat: Menahan berbagai anggota badan lainnya dari berbagai dosa, seperti menahan tangan dan kaki dari hal-hal yng dibenci, menahan perut dari berbagai syubhat pada waktu tidak puasa. Tidak ada artinya berpuasa, iaitu menahan makanan yang halal, kemudian berbuka puasa dengan barang yang haram. Orang yng berpuasa seperti ini laksana orang yang membangun istana tetapi ia menghancurkan negeri, karena makanan yang halal itu hanya berbahaya lantaran dikonsumsi terlalu banyak bukan Iantaran jenisnya, sementara puasa hanya untuk menguranginya. Orang yang berhenti mengkonsumsi obat karena takut bahayanya, bila ia beralih meminum racun maka ia adalah orang bodoh. Barang yang haram adalah racun yang menghancurkan agama, sedangkan barang yang halal adalah obat yang bermanfat bila dikonsumsi sedikit tetapi berbahaya bila terlalu banyak. Tujuan puasa ialah mengurangi makanan yng halal tersebut. Nabi saw bersabda:

MUKA SURAT 67
رُبَّ قَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ قِيَامِهِ إِلَّا السَّهَرُ وَرُبَّ صَائمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صَوْمِهِ إِلَّا الْجُوْعُ وَالْعَطَشُ.
"Berapa banyak orang yang berpuasa tetapi ia tidak mendapatkan dari puasanya itu kecuali lapar dan dahaga." (diriwayatkan oleh Nasa'i No Hadith 3249 dan Ibnu Majah No Hadith 1690).

Dikatakan, Ia adalah orang yang berbuka puasa dengan makanan yang haram. Dikatakan juga: Ia adalah orang yang menahan diri dari makanan yang halal tetapi berbuka dengan "memakan daging manusia" yakni dengan ghibah yang notabene haram. Dikatakan: Ia adalah orang yang tidak menjaga anggota badannya dari berbagai dosa.

Kelima: Tidak memperbanyak makanan yng halal pada saat berbuka puasa sampai penuh perutnya. Karena tidak ada wadah yang paling dibenci oleh Allah Taala selain perut yang penuh dengan makanan halal. Bagaimana puasanya bisa bermanfaat untuk menundukkan musuh Allah dan mengalahkan syahwat jika orang yang berpuasa itu pada saat berbuka melahap berbagai macam makanan untuk mengganti berbagai makanan yang tidak boleh dimakannya di siang hari? Bahkan telah menjadi tradisi, berbagai makanan disimpan dan dikumpulkan untuk dimakan pada bulan Ramadhan padahal makanan itu cukup untuk dimakan beberapa bulan di luar Ramadhan.

Seperti diketahui bahwa tujuan puasa ialah pengosongan dan menundukkan hawa nafsu untuk memperkuat jiwa mencapai taqwa. Bila perut didorong dari pagi hingga sore sampai syahwatnya bangkit dan seleranya menjadi kuat kemudian (di saat berbuka) dipenuhi dengan berbagai makanan yang lezat hingga kenyang maka bertambahlah kelezatan dan kekuatannya hingga bangkitlah syahwatnya yang seharusnya terredam (tersembunyi) seandainya dibiarkan apa adanya. Esensi dan rahasia puasa ialah melemahkan berbagai kekuatan yang menjadi sarana syetan untuk kembali kepada keburukan. Tetapi hal itu tidak akan tercapai kecuali dengan pengurangan makanan yakni memakan makanannya yang biasa dimakan setiap malam waktu tidak puasa, bahkan di antara adabnya ialah tidak memperbanyak tidur siang agar merasakan lapar dan dahaga dan merasakan lemahnya kekuatan sehingga hatinya menjadi jernih, kemudian berusaha agar setiap malam bisa melakukan tahajjud dan membaca wiridnya, karena bisa jadi syetan tidak mengitari hatinya (bergerak berkeliling) sehingga bisa melihat berbagai keghaiban langit. Lailatul qadr adalah malam tersingkapnya sesuatu dari alam ghaib yang dimaksudkan oleh firman Allah: 
إِنَّآ أَنزَلْنَـٰهُ فِي لَيْلَةِ ٱلْقَدْرِ ﴿سورة القدر آية ١.
"Sesungguhnya Kami menurunkannya pada malam kmuliaan." Surah Al Qadr Ayat 1. Barangsiapa yang meletakkan keranjang makanan (bakul besar) di antara hati dan dadanya maka ia akan terhalangi dari malam kemuliaan tersebut. Dan barangsiapa mengosongkan perutnya sama sekali maka hal itu tidak akan cukup untuk mengangkat hijab selagi keinginannya tidak terbebas dari selain Allah. Itulah inti segala permasalahannya. Sedangkan prinsip semua itu adalah mempersedikit makanan.

MUKA SURAT 68

Keenam: Hendaknya setelah iftharnya hatinya "tergantung" dan "terguncang" antara cemas dan harap, sebab ia tidak tahu apakah puasanya diterima sehingga termasuk golongan Muqarrbin atau ditolak sehingga termasuk orang-orang yang dimurkai? Hendaklah hatinya dalam keadaan demikian di akhir setiap ibadah yang baru saja dilaksanakan. Diriwayatkan dari al-Hasan bin Abul Hasan al-Bashri bahwa ia melewati suatu kaum yang tengah tertawa, lalu ia berkata: Sesungguhnya Allah menjadikan bulan Ramadhan sebagai arena perlombaan melakukan ketaatan bagi makhluk-Nya, kemudian ada orang­ orang yang berlomba hingga menang dan ada pula orang-orang yang tertinggal lalu kecewa. Tetapi yang sangat mengherankan ialah pemain yang tertawa­-tawa di saat orang-orang berpacu meraih kemenangan.

Abu Darda' berkata: Duhai indah tidurya orang-orang cerdas dan tidak puasanya mereka, bagaimana mereka tidak mencela puasa orang-orang bodoh dan begadangnya mereka! Sungguh satu butir dari kebaikan dari orang yang yakin dan bertaqwa lebih utama dan lebih kuat ketimbang segunung ibadah dari orang-orang yang tetipu. Oleh sebab itu, sebagian ulama' berkata: Berapa banyak orang yang berpuasa sesungguhnya dia tidak berpuasa dan berapa banyak orang yang tidak berpuasa tetapi sesungguhnya ia berpuasa. Nabi saw bersabda:
إِنَّ الصَّوْمَ أَمَانَةٌ فَلْيَحْفَظْ أَحَدُكُمْ أَمَانَتَهُ.
"Puasa adalah amanah maka hendaklah salah seorang di antara kamu menjaga amanahnya."(Diriwayatkan oleh العراقي (ت ٨٠٦)، تخريج الإحياء ١‏/٣١٧  •  إسناده حسن)

MUKA SURAT 69

a

Comments

Popular posts from this blog

Joker (2019 film) From Wikipedia, the free encyclopedia